Keadaan Negara Sakura Jepang Pada Zaman Kuno

Keadaan Negara Sakura Jepang Pada Zaman Kuno – Setalah perang saudara selama berabad-abad, Jepang kembali dipersatukan oleh shogun Tokugawa Ieyasu pada 1603. Tokugawa pun membangun Keshogunan Tokugawa, sebuah dinasti yang memimpin Jepang hingga 1867. Nah, era ini disebut “Zaman Edo” yang diambil dari nama ibu kota Jepang (sekarang Tokyo) saat itu. Nah di zaman ini, keshogunan membuat Jepang terisolasi dari dunia luar sebelum Amerika memaksa Jepang kembali membuka diri pada tahun 1850-an. Nah, meski terkurung, kehidupan masyarakat Jepang kuno ini sangat menarik lho. Bahkan, ada 4 fakta aneh di Jepang zaman kuno yang menarik untuk dibahas.

Keadaan Negara Sakura Jepang Pada Zaman Kuno

Prostitusi legal dan brutal

Meski masih memiliki red light district hingga kini, secara teknis prostitusi di Jepang itu “ilegal.” Padahal sampai sebelum tahun 1956, bisnis prostitusi dilegalkan. Untuk memastikan keamanan, red light district zaman dulu memilii peraturan ketat dan dikelilingi dengan dinding tinggi serta para klien pun diminta untuk mematuhi peraturan dan para wanita oiran (PSK) pun sulit meninggalkan brothel saking ketatnya peraturan.

Jika dilihat dari pandangan kontemporer, bisnis prostitusi di Edo lebih mirip dengan penjualan budak seks. Apalagi, biasanya keluarga miskin menjual anak-anak perempuan mereka untuk melunasi hutang atau untuk menjadi sumber pendapatan. Dan bagi para PSK tingkat rendah, lingkungan bekerja mereka jauh lebih brutal lagi. Tak hanya itu, meski ada klinik kesehatan, banyak PSK yang tewas akibat penyakit kelamin di usia muda.

Orang Jepang zaman dulu pendek

Jika melihat artis dan aktor Jepang zaman sekarang yang badannya menjulang, kalian mungkin tak akan percaya kalau orang Jepang zaman dulu itu pendek. Ya, Jepang pada zaman Edo hidup dalam hirearki, dengam  samurai menempati peringkat tertinggi, diikuti oleh petani, pengarjin dan pedagang. Mereka yang berada di kasta rendah ini hidup dalam keadaan miskin, membuat mereka kekurangan nutrisi yang menyebabkan tubuh mereka pendek. Menurut sebuah studi dari Tokyo’s National Museum of Nature and Science, rata-rata tinggi pria dan wanita dewasa Jepang hanya 155 centimeter dan 145 centimeter saja!

Kotoran manusia = berharga

Karena kurangnya industri peternakan, Jepang zaman Edo kekurangan pupuk dari kotoran hewan. Untuk menangangi masalah ini, para petani pun menggunakan “pupuk malam,” pupuk dari kotoran manusia yang dikumpulkan pada malam hari. Jadi di seluruh penjuru kota, para petani sukses memasang toilet di sepanjang jalan untuk mengumpulkan feses.